Jati Diri PASKIBRAKA

Dalam Munas PPI II tahun 1995 di Lembang, Bandung, Kak Idik Sulaeman hadir sebagai nara sumber yang memberikan materi tentang Paskibraka. Saat itu ia hadir dengan senyum yang khas, sumringah dan
kebapakan. Sangat terasa betapa kasih sayang kepada anak-anak didiknya begitu tulus. Saat itu Kak Idik memakai jaket coklat muda. Ia memperkenalkan diri di depan forum dan kemudian berkata,
“Adik-adik, izinkan saya membuka jaket.” Kak Idik lalu membuka jaketnya. Ternyata, di balik jaket itu, Kak Idik memakai baju seragam Pramuka lengkap dengan atributnya. Hampir semua Purna yang hadir di Munas itu tidak merespon. Pikir mereka, seorang penceramah memakai seragam Pramuka, itu hal biasa. Tak ada satu komentarpun terungkap sampai kak Idik selesai memberikan materinya. Padahal, di sana ada sesuatu yang tidak biasa: Seorang pembina memberikan materi tentangPaskibraka dalam balutan seragam Pramuka. Itu sebuah simbolisasi yang sebenarnya disengaja. Seperti kita tahu, Kak Mutahar dan Kak Idik sangat suka dengan simbolisasi-simbolisasi dalam gagasan dan konsep Paskibraka. Dan hari itu, Kak Idik berharap simbolisasi itu dapat ditangkap oleh para Purna Paskibraka. Bahwa dalam seragam putih-putih, anggota Paskibraka kelilhatan gagah dari luar. Tetapi di dalamnya harus ada jiwa yang terkandung, dan jiwa Paskibraka itu adalah jiwa Pandu, jiwa Pramuka. Lambang Pramuka berupa cikal bakal buah kelapa mengandung makna bahwa kehidupan seseorang harus selalu berguna bagi semua makhluk lain di bumi ini, bagi Negara dan bangsa, juga bagi sesama. Jiwa pengabdian yang tulus diharapkan tumbuh dari Paskibraka mengikuti jejak Pandu yang lebih dulu ada yaitu berbakti bagi nusa dan bangsa Indonesia dengan penuh ketulusan serta berakar dari seluruh lapisan masyarakat. Hal itu sangat sinkron dengan lambang anggota Paskibraka berupa bunga teratai yang sedang mekar. Lambang itu bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air Indonesia, yang sedang berkembang dan akhirnya akan mekar dengan indahnya menjadi pemimpin - pemimpin bangsa Indonesia.Walau berasal dari bawah dan tanah berlumpur namun bunganya saat mekar memberikan warna merah, putih dan warna-warni lain yang sangat elok sehingga memberikan nuansa keindahan bagi lingkungan di mana dia tumbuh dan berkembang. Mata rantai yang mengelilnginya melambangkanrangkaian/ikatan persaudaraan yang kuat antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di
berbagai pelosok penjuru tanah air, baik putra(bentuk bulat) maupun putri (bentuk belah ketupat). Ikatan itu akan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan tidak boleh putus hanya karena ada salah satu mata rantai yang lemah. Saat reuni Paskibraka 78 pada tahun 1994,Kak Idik sudah mengingatkan arti kekuatan rantai itu. Ia juga berpesan, agar bila ada rantai yang terputus, segeralah Paskibraka 78 mengambil inisiatif untuk menyambungnya kembali. Ajaklah teman-teman Paskibraka yang lain untuk melakukan hal serupa, maka yakinlah Paskibraka tidak akan terpecah belah. Simbolisasi yang ditunjukkan Kak Idik dengan memakai seragam Pramuka, memberi makna bahwa anggota Paskibraka harus bisa menjadi pandu di mana pun ia berada. Pandu artinya penunjuk arah. Sebagaimana lagu kebangsaan Indonesia Raya, kita harus mampu berdiri menjadi Pandu Ibu Pertiwi. Pertanyaannya sekarang, sanggupkah kita menjadi Pandu Ibu Indonesia sebagaimana Ikrar Putera Indonesia yang pernah kita ucapkan dulu??
Referensi dari : Buletin Paskibraka '78, Budiharjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INSTAGRAM FEED

@ppikotacirebon